Seorang Nenek berbaju merah muda berkacamata namun tetap tampak bersahaja adalah teman bangku sebelah saya, sedikit berbincang untuk mengurangi kejenuhan. Sayang sekali karena terlalu asyik berbincang, saya tak menanyakan namanya. Nenek tersebut datang pagi naik angkutan umum ke Rumah Sakit untuk mengambil nomor periksa sang suami yang sakit mata dan sedang menunggu dirumah.
Usia tak menentukan kecocokan berbincang, hingga hati saya bergumam takjub untuk usia sang Nenek, beliau telah berumur 78 Tahun dengan paras yang masih ayu.
"Wah, sudah sukses semua ya. Tinggal nikmatin hasil sekarang, Bu.." Canda saya kepada beliau.
Tidak saya sangka Beliau berkata, "Ya enggak gitu juga, dik. Memang sekarang sudah tidak susah seperti dulu, tapi sekarang malah jauh dari anak-anak." Kata Beliau sambil tertawa diujung.
Beliau bercerita untuk mendapatkan anak-anak yang sukses, beliau juga harus banyak prihatin dulu, puasa Senin Kamis perwujudannya. Mencari nafkah bersama sang suami, banting tulang untuk sekolah kelima putranya hingga bisa suskes seperti sekarang.
Saya bergumam takjub kepada Beliau yang menceritakan dan membangga-banggakan anak dan cucunya dengan suara lirih dan seraknya. Selain rasa takjub dengan keluarga Beliau, saya juga sedikit prihatin. Beliau yang sudah tua itu sedari pagi pukul 08.00 dan baru dapat selesai prosedur antrian pukul 12.30, berangkat naik angkutan umum sendirian, sempat cerita kalau pernah kecopetan naik angkutan umum dan sedikit trauma. Lah, anak-anak dan cucu yang tadi Beliau bangga-banggakan pada kemana? Kok tega-teganya membiarkan Ibu mereka antri sendirian, batin saya prihatin. Apalagi dengan prosedur antrian BPJS sekarang agak ribet, kasihan.
Saya tidak bermaksud apa-apa, hanya ingin mengingatkan untuk kalian yang sibuk bekerja dan kuliah. Orang tua kalian di rumah apa kabar? Sehat kah?
Beliau juga butuh waktu kalian, luangkan waktu senggang untuk menengoknya di rumah. Sering Ibu berkata bahwa mereka baik-baik saja, itu mungkin karena mereka tak ingin mengganggu waktu sibuk kalian. Memang itulah hakikat seorang Ibu. Membangga-banggakan anaknya dan tak ingin membuat anaknya khawatir. Jadi, sebagai anak, kalian lah yang seharusnya mengerti.
Image by bersamaislam.com
No comments:
Post a Comment